Sungguh aneh memang negeri ini dimana
batasan toleransi sudah semakin tidak jelas dan bahkan batasan yang
sesungguhnya dianggap tidak sesuai dengan pemahaman toleransi saat ini.
Seperti itulah yang terlihat dalam sebuah acara dimana seorang Uskup
tengah disambut dengan iringan qasidah ibu-ibu berjilbab.
Peristiwa tersebut terjadi pada hari minggu Kemarin dalam acara ulang
tahun ke-25 daerah Paroki Kranji, Bekasi. Dalam acara tersebut tampak
terlihat ibu-ibu berjilbab warna orange menyanyikan qasidah untuk
menyambut seorang uskup bernama Ignatius Suharyo.
Peristiwa tersebut pun menjadi kebanggaan umat Kristiani dan dimasukkan
dalam salah satu website Katoliknews dengan kalimat, “Bak sebuah lilin
yang menyala di tengah kegelapan, harmonisnya warga di Kranji diharapkan
bisa menjadi kekuatan yang membuka pikiran banyak orang akan indahnya
toleransi.”
Tak hanya menjadi kebanggaan dalam situs non muslim, sejumlah tokoh JIL
seakan membuktikan bahwa bentuk toleransi haruslah seperti itu.
Sementara itu Walikota Bekasi, Dr H Rahmat Effendi dalam sambutannya
menyatakan bahwa Bekasi merupakan kampung yang Pancasila dimana mereka
menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. Selain itu setiap
penduduknya saling berbaur dalam satu keberagaman.
Sungguh miris pemahaman apa yang dimaksud dengan toleransi saat ini.
Suatu toleransi yang jauh dari apa yang dicontohkan oleh Rasulullah
dimana jaman Rasulullah pun kaum Nasrani dan Yahudi hidup berdampingan
dengan kaum muslim tanpa saling bermusuhan dan saling mencampur adukkan
amalan atau syariat.
Semoga kita semua semakin paham akan arti toleransi dalam agama yang
sebenarnya dan tidak kehilangan identitas diri sebagai muslim yang
sesungguhnya.
sumber: www.kabarmakkah.com/